Mahasiswa Maluku Dorong Hilirisasi Sagu Jadi Proyek Strategis Nasional

oleh -49 Dilihat
oleh

Mahasiswa Maluku yang tergabung dalam Sagu Institute menggelar Diskusi Publik bertajuk Hilirisasi Sagu Maluku pada Sabtu, 20 Desember 2025, bertempat di Pasadena Cafe, Kota Malang. Diskusi ini menjadi ruang dialektika intelektual anak muda Maluku untuk mendorong penetapan hilirisasi sagu sebagai Proyek Strategis Nasional (PSN), sekaligus menegaskan posisi sagu sebagai fondasi kedaulatan pangan dan kebangkitan ekonomi Maluku.

Forum diskusi tersebut menghadirkan sejumlah akademisi, peneliti, budayawan, dan pemerhati sosial. Seluruh narasumber sepakat bahwa sagu tidak semata-mata dipandang sebagai pangan tradisional, melainkan harus dikembalikan sebagai kekuatan hidup masyarakat Maluku yang memiliki nilai strategis secara ekologis, ekonomi, dan kultural.

Guru Besar Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor (IPB), Prof. Dr. Ir. H. Mochamad Bintoro, M.Agr., dalam pemaparannya menegaskan bahwa sagu memiliki produktivitas tinggi, ramah lingkungan, serta sangat relevan sebagai solusi atas ketergantungan Indonesia terhadap impor beras dan gandum. Menurutnya, sagu bukan sekadar pangan alternatif, melainkan komoditas strategis masa depan yang sejalan dengan tantangan krisis iklim dan ketahanan pangan global.

Sementara itu, akademisi muda Maluku, Dr. Fahmi Fahrudin Fadirubun, M.Pd., menekankan bahwa penetapan hilirisasi sagu sebagai PSN harus dilakukan melalui pendekatan bottom-up, berbasis riset, dan melibatkan masyarakat adat sebagai subjek utama. Ia menilai, hilirisasi sagu berpotensi memperkuat diversifikasi pangan nasional sekaligus membuka ruang pertumbuhan ekonomi baru di daerah penghasil sagu, khususnya Maluku.

Dari perspektif kebudayaan, budayawan dan akademisi Universitas Brawijaya, Dr. Redy Eko Prastyo, S.Psi., M.I.Kom., memandang sagu sebagai identitas kultural masyarakat Maluku. Ia menyebut dapur dan tradisi makan papeda sebagai “parlemen kecil” tempat nilai demokrasi, memori kolektif, dan pengetahuan lokal diwariskan lintas generasi. Oleh karena itu, menurutnya, hilirisasi sagu harus dijalankan dengan menjaga keseimbangan antara aspek ekologi, budaya, dan ekonomi.

Pemerhati sosial, Fais M. Hamid, S.Sos., S.H., M.H., secara tegas mendorong hilirisasi sagu Maluku sebagai jalan untuk membangkitkan kembali masyarakat Maluku sebagai bangsa yang produktif, bukan sekadar konsumtif. Ia menegaskan bahwa pangan lokal seperti sagu harus menjadi kesadaran kolektif, bukan hanya simbol budaya. Selama Maluku hanya berperan sebagai pasar konsumsi pangan impor, kata Fais, maka kedaulatan ekonomi daerah akan terus melemah. Hilirisasi sagu dinilainya sebagai langkah strategis untuk membangun mental produktif, memperkuat basis ekonomi rakyat, dan memulihkan martabat Maluku sebagai pengelola sumber daya alamnya sendiri.

Direktur Eksekutif Sagu Institute, Yusril Toatubun, dalam penutup diskusi mengapresiasi keberpihakan Pemerintah Kabupaten Seram Bagian Timur (SBT), khususnya Bupati Fachri Alkatiri, terhadap pengembangan sagu. Yusril menilai, SBT memiliki potensi besar untuk menjadi episentrum sagu Maluku, baik dari sisi ekologi, ketersediaan lahan, maupun kesiapan sosial masyarakat.

Lebih lanjut, Yusril menegaskan bahwa Sagu Institute akan terus mengonsolidasikan berbagai pihak lintas sektor untuk mendorong hilirisasi sagu di Maluku. Ia menyatakan bahwa Sagu Institute tidak hanya akan menjadi ruang diskusi, tetapi akan dikonversi menjadi rumah percepatan kader-kader muda pejuang hilirisasi sagu Maluku.

“Sebagai kalangan muda dan mahasiswa, diskusi ini terbangun dalam dialektika yang kritis, namun dengan tujuan yang sama, yakni mendorong hilirisasi sagu Maluku sebagai Proyek Strategis Nasional. Ini bukan semata soal pangan, tetapi tentang kemandirian, keadilan ekonomi, dan masa depan Maluku,” tegas Yusril.

Diskusi publik ini menegaskan posisi mahasiswa Maluku di perantauan sebagai subjek perubahan. Mereka tidak hanya merawat identitas kultural, tetapi juga aktif mendorong arah kebijakan nasional agar pembangunan Indonesia berpijak pada potensi lokal, dengan sagu sebagai simbol sekaligus strategi kebangkitan Maluku.

Tentang Penulis: Admin

Gambar Gravatar
Jurnalis Rasional.com

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.