Nilai, Negeri Sembilan Malaysia, 19 September 2025
Pada tanggal 16 September 2025 Ketua Umum Pengurus Pusat (PP) Persatuan Tinju Amatir Indonesia (PERTINA) Dr. Hillary Brigitta Lasut mengirimkan lima (5) atlit nasional ke Malaysia untuk bertanding pada ajang Kejuaraan Kejohanan Tinju 4 Penjuru, yang digelar pada tanggal 18–19 September 2025 di Nilai, Negeri Sembilan Malaysia.
Tim dipimpin oleh Osco Olfriady Letunggamu sebagai Manager Tim yang juga Bendahara Umum PP PERTINA. Lewat keterangannya di Malaysia pada tanggal 19 September 2025 Osco menyampaikan Syukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa bahwa semua atlit Tinju Indonesia menang dan mendapatkan Medali.
Timnas Indonesia berhasil memenangkan tiga (3) Medali Emas atas nama Yoshua Holy Masihor kelas 54 kg, Eliezer Gonzales kelas 60 kg, Alfino Caesar kelas 75 kg dan satu (1) Medali Perak atas nama Krispinus Mariano Wonda kelas 51 kg serta satu (1)Medali Perunggu atlit atas nama Mohammad Reza Midun di kelas 69 kg.
Osco juga mengucapkan Terima Kasih dan Syukur atas dukungan masyarakat Indonesia dan juga Diaspora Indonesia yang ada di Malaysia yang ikut menonton pertandingan yang luar biasa ini.
Pelatih senior Dufri Masihor pelatih tim yang juga peraih Medali Emas Sea Games tahun 1997 menyampaikan rasa syukur atas capaian gemilang ini.
Dufri juga menyampaikan prestasi ini adalah hasil dari kerja keras dan disiplin atlit serta dukungan penuh dari masyarakat Indonesia, PP PERTINA dan Manager Timnas yang terus memberikan semangat kepada Tim. Kami juga apresiasi kepada atlet-atlet berbakat dan tangguh dari Singapura serta Malaysia yang memberikan perlawanan luar biasa di babak final.
Pertarungan sengit tersebut membuktikan bahwa tinju Asia Tenggara semakin berkembang dan penuh talenta.Pelatih Vinky Montolalu peraih Medali Emas PON Medan Aceh 2024 menegaskan bahwa proses melahirkan seorang juara tidak bisa instan. Vinky menjelaskan bahwa membina seorang atlet tinju membutuhkan waktu panjang. Tidak mungkin dalam waktu kurang dari satu tahun kita bisa mencetak atlet berprestasi.
Bahkan, untuk melatih dasar pergerakan kaki saja dibutuhkan waktu hingga enam bulan sebelum masuk ke teknik pukulan. Pukulan seperti jab, straight, uppercut, dan hook membutuhkan bertahun-tahun latihan berulang. Bahkan hingga seorang petinju mencapai level elite, mereka tetap terus melatih dan menyempurnakan pukulannya. Menurutnya, seorang atlet memerlukan 4 hingga 6 tahun pembinaan untuk dapat menjadi juara nasional di tingkat elite. Biasanya, seorang petinju mulai berlatih sejak usia 12 tahun, naik ke jenjang junior youth, lalu ketika mencapai usia 19 tahun barulah siap bersaing di kategori elite.
“Itu perjalanan panjang yang juga saya alami sendiri. Maka, keberhasilan seorang atlet adalah akumulasi dari dedikasi jangka panjang, bukan proses instan,” tambah Vinky.
Selain pembinaan jangka panjang, Osco juga menyoroti kondisi persiapan tim sebelum bertanding di Malaysia.
Osco menekankan persiapan jelang pertandingan kali ini sangat singkat, hanya sekitar satu minggu. Karena itu, kami memodifikasi program latihan agar lebih fokus pada speed, endurance, dan conditioning, tanpa membuat atlet kelelahan atau jenuh. Latihan dasar tetap dijaga, tetapi pendekatan dibuat fleksibel agar anak-anak bisa tampil maksimal meski dengan persiapan minim. Program latihan intensif ini dirancang agar atlet tetap segar secara fisik dan mental, namun tetap siap menghadapi lawan-lawan tangguh di ring.
Assisten Manager Timnas Shelly Selowati Soejono menyampaikan prestasi di Malaysia ini memperkuat komitmen Persatuan Tinju Amatir Nasional (PERTINA) untuk terus membina atlet-atlet muda Indonesia agar siap bersaing di level internasional. PERTINA percaya bahwa investasi jangka panjang dalam pembinaan adalah jalan menuju lebih banyak prestasi di masa depan. Tidak mungkin ada organisasi yang bisa mencetak atlit dalam waktu 1 tahun, tutup Shelly.








