Satu Tahun Pelita Literasi: Kisah Perpustakaan Rahan Pintar12

oleh -43 Dilihat
oleh

Catatan Perjuangan: Oleh Wanda Ingratubun

Founder Perpustakaan Rahan Pintar12

Satu tahun sudah Perpustakaan Rahan Pintar12 berdiri dan bertumbuh. Sebuah perpustakaan kecil yang bernaung di Pulau Kei Besar, tepatnya di Desa Mataholat—desa yang dahulu dikenal sebagai Desa Dua Belas Bendera, sekaligus desa yang pernah menjadi sorotan karena isu penggusuran tanah. Namun kisah ini bukan tentang julukan, bukan pula tentang konflik tanah yang pernah viral. Kisah ini adalah tentang perjalanan sebuah harapan.

Tentang sebuah ruang kecil bernama Rahan Pintar12, yang menyimpan banyak cerita, doa, dan perjuangan.

Nama Rahan Pintar12 bukan sekadar rangkaian kata. Ia lahir dari makna yang dalam:

  • Rahan berarti rumah—tempat yang aman dan nyaman.
  • Pintar bermakna kecerdasan dalam melakukan hal-hal positif.
  • 12 melambangkan dua belas negara yang pernah datang dan tinggal di Tanah Mataholat.

Pada bagian awal perjalanan ini, beta ingin menyisipkan kisah tentang akar perjuangan perpustakaan ini. Semua bermula dari semangat, konsistensi, dan inisiatif seorang perempuan tangguh—seorang ibu rumah tangga yang memiliki mimpi besar untuk masa depan desa yang sangat ia cintai. Ia lahir, tumbuh, dan besar di Mataholat. Dialah yang percaya bahwa perubahan selalu bisa dimulai dari hal kecil.

Pada tahun 2013, atas dorongan dan permintaannya, perpustakaan pertama kali hadir di Desa Mataholat. Hingga hari ini, semangat itu tetap hidup. Perempuan hebat itu adalah beta punya mama (ibu), Rahima Rahangiar—sosok yang melahirkan ide-ide besar dan mengamanatkan perjuangan literasi ini kepada beta.

Pelita yang Kembali Menyala

Hai.
Beta Wanda.

Tanggal 24 Desember 2025, genap satu tahun beta ikut mengambil bagian dalam perjuangan pelita literasi ini. Awalnya, beta kira langkah ini hanya akan bertahan sebulan. Nyatanya tidak. Keputusan untuk terus berjalan adalah keputusan paling benar yang pernah beta ambil.

Tanggal 24 Desember 2024, pelita literasi yang telah mati selama beberapa tahun akhirnya kembali dinyalakan. Sejak hari itu, beta menyaksikan sendiri antusiasme anak-anak Desa Mataholat—cara mereka menyambut ajakan membaca dengan semangat yang luar biasa. MasyaAllah, semangat itu pantas diapresiasi setinggi-tingginya. Itulah alasan mengapa beta selalu rindu pulang ke kampung: untuk terus menjaga agar pelita ini tetap menyala.

Selama dua belas bulan, dari Desember 2024 hingga November 2025, beta belajar bahwa membaca tidak harus membosankan. Dari situlah lahir konsep Literasi Hidup—membaca sebagai sesuatu yang bernapas, bergerak, dan dipraktikkan dalam kehidupan sehari-hari.

Beberapa kegiatan yang beta lakukan antara lain:

  • Menggambar bebas
  • Membuat gantungan buku dari bambu dan tali
  • Membuat gantungan biya dari bambu dan tali
  • Membuat gelang dari manik-manik dan karet
  • Setiap tiga hari sekali diadakan permainan edukatif: tebak angka, tebak huruf, tebak baju adat Nusantara, dan membaca cepat
  • Membaca buku di pantai

Di akhir pertemuan, beta selalu memberikan hadiah kecil kepada adik-adik yang rajin dan setia datang ke perpustakaan:

  • Buku tulis
  • Pena dan pensil gambar
  • Permen, ciki, dan minuman gelas

Bagi beta, hadiah itu bukan soal nilai, melainkan bentuk kasih dan apresiasi.

Makna Satu Tahun Perjalanan

Satu tahun ini menjadi tahun yang sangat berkesan—penuh makna dan pelajaran hidup. Beta belajar satu hal penting: segala sesuatu akan sampai pada tujuannya jika katong menjaga api semangat dan tetap konsisten.

Pada Oktober 2025, beta bersyukur bisa merenovasi Perpustakaan Rahan Pintar12. Beta menyampaikan apresiasi setinggi-tingginya kepada Pemerintah Desa Mataholat yang telah mendukung dan mendanai renovasi tersebut. Kini, Rahan Pintar12 hadir dengan wajah baru—menjadi ruang yang lebih aman dan nyaman, tempat adik-adik bisa belajar dengan bebas dan penuh kegembiraan.

Ucapan Terima Kasih

Perjalanan satu tahun ini tidak mungkin beta lalui sendiri.

Pertama-tama, beta bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, serta kepada adik-adik Desa Mataholat yang selalu hadir dengan semangat yang tak pernah padam.

Kedua, beta berterima kasih kepada keluarga—atas doa, dukungan, dan kepercayaan selama satu tahun ini. Secara khusus, beta ingin mama dan ayah tahu: beta sangat mencintai dong dua.

Ketiga, kepada tim laskar, teman-teman di kota dan di desa, serta teman-teman online maupun offline yang selalu memberi semangat dalam setiap proses—beta ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya.

Hidup ini singkat. Dan kamong semua telah meluangkan waktu yang sangat berharga untuk menjadi bagian dari perjalanan ini. Terima kasih telah menjaga pelita ini tetap menyala.

Semoga langkah kecil ini terus menginspirasi, agar literasi tidak berhenti dan tidak mati, tetapi terus hidup—di desa, di kampung, dan di hati generasi yang akan datang

Tentang Penulis: Admin

Gambar Gravatar
Jurnalis Rasional.com

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.